Laman

Rabu, 19 Mei 2010

Selamat Hari Kebangkitan Nasional.

102 tahun sudah masa itu berlalu dan saat kita memperingatinya saat ini, jelas rasa dan semangat yang kita miliki berbeda dengan apa yang mereka lakukan pada saat itu.


Tiap generasi dan zaman punya tantangan sendiri. Jika dulu tantangan yang dihadapi adalah menggalang persatuan dan mengusung cita-cita kemerdekaan, maka pada saat ini kita hadapi adalah mengisi kemerdekaan dan mengangkat martabat bangsa agar setara dengan bangsa lainya.

Jika kita tarik lebih dalam lagi, ternyata inti dari perubahan atau kebangkitan sebuah bangsa terletak pada individu yang berpandangan ke depan (visioner) dan mempunyai moral yang bagus. Dengan demikian bukan tidak mungkin generasi sekarang bisa membuat catatan sejarah sebagai generasi kebangkitan nasional

Bangkit dari apa? Itulah pertanyaan pertama yang harus kita ajukan agar kita sadar pada posisi apa kita saat ini. Berada dan pada posisi ideal seperti apa kita ingin berada kelak.

Sering kali kita saling menyalahkan dan berharap orang lain melakukan perubahan. Sebagai sebuah generasi, kita tidak mungkin menggantungkan nasib bangsa ini pada generasi terdahulu yang sudah terkooptasi oleh sebuah sistem yang korup. Kitalah yang harus membuat terobosan melampaui batas belenggu mental kita sendiri.


Siapa pun diri kita dan dalam posisi apa pun keberadaan diri kita sebagai anak bangsa, kita bisa memberikan kontribusi untuk mengangkat bangsa ini dari keterpurukan mental dan moral.

Sekarang segalanya punya pamrih. Jadi, silakan berjuang dengan pamrih tertentu. Karena pada intinya kita mengubah diri untuk diri kita sendiri bukan untuk orang lain. Yang perlu kita lakukan untuk membantu bangsa ini bangkit dari keterpurukan adalah mengubah diri kita masing-masing.

Sebagaimana kita ketahui, mental lebih banyak berhubungan dengan pola pikir kita yang biasanya tanpa sadar ‘diinstal’ oleh lingkungan terdekat. Program-program itulah yang dalam berbagai bentuknya kemudian menjadi yang dinamakan sebagai perilaku, kemampuan, keyakinan, nilai-nilai, dan seterusnya. Dalam bahasa lain, berbagai hal tersebut sering juga disebut dengan mindset atau pola pikir. Langkah yang perlu dilakukan, yakni menyeting ulang pola pikir, membangun impian dan fokus pada pencapaian, hargai waktu serta berpikir positif dan lakukan yang terbaik. Sehebat apa pun impian kita, jika kita tidak berani membuat satu langkah pertama, maka impian itu akan berjalan di tempat.

Pada saat menerapkan empat langkah sukses tersebut, fokus pada pencapaian. Maka yang terjadi adalah sebuah lingkungan kerja yang positif dengan orang-orang yang berpikir dan berwawasan positif. Jika semua itu terwujud, maka kebangkitan nasional bukan lagi khayalan

sudah saatnya kita sebagai masyarakat Indonesia bersatu untuk membangun kembali negara yang yang kita cintai. Apalagi selama beberapa tahun belakangan ini terus-menerus diberikan cobaan dan musibah oleh Allah swt. Oleh karena itu, mari kita mulai hari Kebangkitan Nasional tahun ini dengan mengintrospeksi diri masing-masing. Mari kita perbaiki moral masing-masing diri kita dan juga moral masyarakat Indonesia secara keseluruhan, sehingga harapan kita, dengan moral masyarakat yang baik, maka negara kita yang tercinta ini akan menjadi baik pula.

Melalui momen kebangkitan nasional ini, saya mengajak kepada seluruh rekan-rekan, untuk mulai mengubah pola pikir kita, ketika kita terbiasa menuntut sesuatu karena tidak sesuai dengan keinginan kita, mengkritisi tanpa pernah memperbaiki, atau malah hanya bersembunyi di balik tirai yang apatis, tinggalkan itu! Apapun suku kita, apapun agama kita, kesatuaun NKRI adalah harga mutlak. Mengutip kata-kata Bung Karno bahwa suatu saat Indonesia akan menjadi “Mecusuar Dunia”, mengembalikan kejayaan Macan Asia. Karena intisari dari semua ini adalah bukan apa yang seharusnya negara berikan kepada kita, tapi “Apa yang sepatutnya kita berikan kepada negara”. Selamat Hari Kebangkitan Nasional.

Tunjukanlah Rasa Kebangkitan Nasional Mu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suara Mahasiswa

ShoutMix chat widget